Pandemi COVID-19 secara fundamental mengubah industri pernikahan di Asia, mendorong munculnya Tren Micro-Weddings atau Pernikahan Kecil. Pernikahan ini dicirikan oleh daftar tamu yang sangat terbatas (kurang dari 50 orang) dan penekanan kuat pada kualitas, intimasi, dan pengalaman pribadi, alih-alih kemewahan dan keramaian.
Micro-weddings menjadi populer karena dua alasan utama: keharusan pembatasan sosial selama pandemi dan keinginan pasangan muda untuk mengadakan upacara yang lebih bermakna dan intim. Dengan jumlah tamu yang sedikit, anggaran yang biasanya dihabiskan untuk catering dapat dialokasikan untuk detail yang lebih personal, seperti venue yang unik, dekorasi mewah, atau makanan berkualitas tinggi.
Pernikahan kecil ini mencerminkan pergeseran gaya hidup di mana pasangan menolak tekanan untuk mengadakan pesta besar demi kepuasan sosial. Mereka memilih fokus pada esensi upacara dan hubungan, menempatkan kualitas koneksi di atas kuantitas tamu.
Tren ini kemungkinan besar akan bertahan bahkan pasca-pandemi. Industri pernikahan kini beradaptasi dengan menawarkan paket yang lebih fleksibel, intim, dan personal, menunjukkan bahwa Micro-weddings telah menjadi pilihan gaya hidup permanen yang menekankan keotentikan dan nilai-nilai pribadi pasangan.
