0
0
Ketersediaan air bersih telah menjadi krisis yang mendalam di beberapa wilayah Asia, diperburuk oleh perubahan iklim, polusi industri, dan manajemen sumber daya air yang tidak berkelanjutan. Asia, sebagai benua terpadat, menghadapi tekanan ekstrem pada pasokan air tawar, yang berdampak langsung pada ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, dan stabilitas regional. Kekeringan yang berkepanjangan kini menjadi ancaman tahunan.
Para ahli lingkungan menyoroti bahwa eksploitasi air tanah yang berlebihan untuk pertanian dan industri telah menyebabkan penurunan muka air tanah yang drastis. Selain itu, polusi dari limbah pabrik yang tidak diolah mencemari sumber air permukaan, menjadikannya tidak layak konsumsi. Solusi yang diusulkan mencakup investasi besar dalam teknologi desalinasi (penyulingan air laut), namun biaya operasionalnya masih sangat tinggi.
Pemerintah di kawasan ini didorong untuk mengadopsi sistem irigasi yang lebih efisien di sektor pertanian dan memberlakukan regulasi yang lebih ketat terhadap pembuangan limbah industri. Pengelolaan sungai lintas batas juga memerlukan koordinasi diplomatik yang erat untuk mencegah konflik air antara negara-negara hulu dan hilir.
Meningkatnya kesadaran publik tentang pentingnya konservasi air dan penggunaan teknologi daur ulang air juga memainkan peran krusial. Tanpa tindakan mitigasi yang cepat dan terkoordinasi, krisis air di Asia diperkirakan akan semakin memburuk, mengancam pembangunan berkelanjutan di seluruh benua.
Krisis air bersih di Asia semakin parah akibat perubahan iklim dan polusi, memaksa negara-negara untuk berinvestasi pada teknologi desalinasi dan irigasi efisien, serta meningkatkan koordinasi diplomatik untuk pengelolaan sumber daya air lintas batas yang berkelanjutan.
