Kabar gak enak: utang negara-negara di seluruh dunia lagi ‘bengkak’ gila-gilaan. Habis pandemi, perang, eh inflasi. Semua negara ‘gali lubang tutup lubang’ buat survive. Udah kayak ‘kartu kredit’ global yang ‘limit’-nya abis.
Terus, ngaruhnya apa ke kita? Kalau negara-negara besar (kayak AS) utangnya gede, mereka bakal naikin suku bunga ‘gila-gilaan’ (biar Dolar-nya laku). Nah, Rupiah kita jadi ‘korban’. Bisa-bisa anjlok!
Utang Kita Sehat, Gak?
Banyak yang nanya, “Utang Indonesia gimana? Aman, gak?” Dibanding negara lain, rasio utang kita (terhadap PDB) masih ‘santuy’, alias terkendali. APBN kita masih ‘napas’. So far, so good.
Tapi, nggak boleh sombong. Utang kita aman kalau dipakai buat yang produktif (bangun jalan, pabrik, IKN). Kalau utangnya cuma buat ‘dibakar’ (subsidi BBM nggak tepat sasaran, dll), nah itu baru bahaya. Ini PR Menteri Keuangan kita tiap hari: juggling antara butuh duit dan jaga utang tetap ‘sehat’.
Intisari:
- Tingkat utang global (Global Debt) sedang berada di level rekor tertinggi pasca-pandemi.
- Saat negara maju menaikkan suku bunga untuk mengelola utangnya, Rupiah bisa ikut tertekan.
- Rasio utang Indonesia (terhadap PDB) saat ini masih dianggap ‘aman’ dan terkendali.
- Kunci utang yang ‘sehat’ adalah penggunaannya untuk belanja produktif, bukan konsumtif (subsidi).

