Mobil terbang selama puluhan tahun hanya ada di film fiksi ilmiah. Namun kini, teknologi mulai mendekatkan mimpi itu ke kenyataan. Banyak perusahaan tengah mengembangkan mobil terbang komersial, dan 2035 diprediksi jadi momen penting bagi realisasinya.
Beberapa startup sudah melakukan uji coba. Terrafugia, AeroMobil, hingga perusahaan besar seperti Hyundai dan Airbus meluncurkan prototipe mobil terbang yang bisa lepas landas vertikal (VTOL). Kendaraan ini ditujukan untuk transportasi jarak pendek di kota padat, menggantikan taksi konvensional.
Keunggulannya jelas: mengurangi kemacetan, mempercepat mobilitas, dan membuka era baru transportasi udara pribadi. Bayangkan perjalanan 2 jam di darat bisa dipangkas jadi 20 menit di udara.
Namun, ada tantangan besar. Regulasi penerbangan sangat ketat, sementara infrastruktur seperti landasan kecil atau vertiport masih terbatas. Selain itu, masalah keamanan jadi prioritas utama—bagaimana jika terjadi tabrakan di udara?
Biaya juga menjadi hambatan. Mobil terbang generasi awal diprediksi sangat mahal, hanya bisa diakses kalangan super kaya. Namun, seperti halnya smartphone, harga bisa turun seiring teknologi berkembang dan produksi massal tercapai.
Pemerintah beberapa negara mulai menyiapkan regulasi. Jepang, Singapura, dan Uni Emirat Arab berambisi menjadi pionir dalam penerapan mobil terbang komersial. Bahkan, Dubai sudah merencanakan taksi udara otonom dalam dekade ini.
Meskipun penuh rintangan, tren jelas menunjukkan arah. Mobil terbang bukan lagi sekadar fantasi, tetapi langkah berikutnya dalam revolusi transportasi.
Apakah 2035 akan jadi era mobil terbang massal? Mungkin belum sepenuhnya, tapi jelas kita semakin dekat dengan masa depan itu.